Loading...
Sponsored By :Kang Anwar.

18 Oktober 2008

KEMBALI SUCIKAN DIRI

PENTAS duniawi dan hiruk pikuk politik di Indonesia istirahat sejenak untuk menghormati Idul Fitri merayakan kemenangan spiritual. Idul Fitri mendorong kita kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian.
Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Karenanya kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih.

Kelak, orang tuanyalah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya. Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri.

Sementara makna halal bihalal, menurut Dr Quraish Shihab, merupakan kata majemuk dari dua kata bahasa Arab ‘halal’ yang diapit dengan satu kata penghubung baâ (dibaca: bi) (Shihab, 1992: 317).
Meskipun kata ini berasal dari bahasa Arab, masyarakat Arab sendiri tidak akan memahami arti halal-bihalal yang merupakan hasil kreativitas bangsa Melayu. Halal-bihalal, tidak lain, adalah hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara. Halal-bihalal merupakan tradisi khas dan unik bangsa ini.

Kata halal memiliki dua arti. Pertama, memiliki arti 'diperkenankan'. Dalam pengertian pertama ini, kata halal adalah lawan dari kata haram. Kedua, berarti baik. Dalam pengertian kedua, kata halal terkait dengan status kelayakan sebuah makanan. Dalam pengertian terakhir selalu dikaitkan dengan kata thayyib (baik).
Dalam Al Quran, (Ali 'Imron: 134-135) diperintahkan, bagi seorang Muslim yang bertakwa bila melakukan kesalahan, paling tidak harus menyadari perbuatannya lalu memohon ampun atas kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, mampu menahan amarah dan memaafkan dan berbuat kebajikan terhadap orang lain.

Dalam konteks ber-Lebaran kali ini, mari kita mengingat akan pesan universal Islam untuk selalu berbuat baik, memaafkan orang lain dan saling berbagi kasih sayang hendaknya tetap menjadi warna masyarakat Muslim Indonesia dan di negara-negara Melayu lainnya. Kita ingin senantiasa, Islam di wilayah ini adalah Islam rahmatan lil alamiin.


Jangan Selalu Merasa Berdosa
Jangan terlalu merasakan dosa-dosa yang telah egkau lakukan, sehingga dapat menghalang-halangi engkau bersangka baik terhadap Allah. Sesungguhnya apabila engkau megenal Tuhanmu dengan sifat-sifat kesempurnaanNya, maka engkau tidak terlalu membesar-besarkan dosamu, disisi sifat Maha RahmanNya Allah swt. Tidak ada dosa yang kecil, apabila Allah mengharapkan padamu sifat adilNya, dan tidak ada dosa besar apabila Allah mengharapkan padamu sifatNya yang penuh anugerah.”

Apabila seorang hamba merasa besar sekali dosanya terhadap Allah, setiap saat ada saja dosa yang dikerjakannya walaupun dosa-dosa kecil, maka perasaan seperti ini akan memperburuk dirinya sendiri. Ia akan menganggap Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan menurunkan siksaNya kepada si hamba yang berdosa. Padahal Allah Ta'ala bersifat sangat Rahman dan sangat Arif bagi siapa saja.
Sesungguhnya Rahmad dan kasih sayang Allah itu lebih banyak dan lebih luas dari pada siksaNya. Sifat adil dan bijak Nya meliputi langit dan bumi dengan segala isinya. Allah SWT mengetahui tentang manusia di muka bumi ini. Kemampuan ilmu dan kekuatannya. Sehingga tuangan Rahmat dan kasih Nya yang ada dipermukaan bumi ini sangat sempurna dan sangat bijaksana. Sifat Allah Ta'ala yang pemaaf dan pengampun adalah bagian dari anugerah Allah SWT kepada manusia dan semua makhluk yang ada di alam semesta.

Manusia tidak perlu berlebih-lebihan merasa dosa dan salah terhadap Allah SWT. Setelah mengetahui sifat Allah dan besarnya Rahmat dan anugerah Allah terhadap isi alam ini. Tugas seorang hamba terhadap Allah atas segala dosa-dosanya adalah kembali sadar, lalu bertobat dengan tobat yang sungguh-sungguh, dengann niat tidak akan mengulangi lagi dan berharap rahmat Allah terus-menerus agar tidak tergoda dan tergelincir untuk kedua kalinya kelembah dosa (itulah yang disebut taubatan nasuha).

Sahabat Ibnu Mas'ud berucap, "Adapun hamba yang merasa dosa-dosanya seperti tingginya guung, dia kuatir kalau-kalau dosanya yang besar itu akan roboh menimpa dirinya (seperti guung yang tiba-tiba roboh menimpa manusia dibawahnya). Sebaliknya, orang yang meganggap enteg dosa dan kesalahannya yang perah diperbuat, menganggap dosa itu seperti lalat yang hinggap diujung hidungnya, ia menganggap remeh dosa yang ia perbuat, tidak akan mengganggu pikiran dan perasaannya. Seperti mudahnya ia menghalau lalat yang hinggap diujung hidungnya".

Ia menganggap Allah tidak mampu berbuat apa-apa kalau ia berbuat dosa. Atau megira tidak ada hubungannya dosa kesalahannya kepada Allah Ta'ala. Adapun orang yang berbuat dosa dan sombong, seperti tidak ada lagi yang melebihi dirinya. Sedangkan orang berdosa tidak akan menarik orang beriman untuk segera surut dari perbuatannya mendekati Allah SWT.

Cahaya Allah Dalam Hati


“Ada cahaya Allah yang diizinkan sampai ke hati, dan cahaya Allah yang diizinkan masuk menempati hati”.

Ada cahaya Allah yang hanya menempel pada bagian luar hati, ada cahaya Allah yang masuk menempati di dalam hati. Yang menempel di hati itulah Islam dan cahaya yang berada di dalam hati itu adalah iman.
Cahaya Allah yang hanya menempel di hati, adalah sifat manusia yang telah menjadi muslim akan tetapi belum berkosentrasi sepenuhnya kepada Allah. Pikirannya belum utuh tertuju kepada Allah, ia masih mudah terpengaruh oleh lingkungan dan alam sekitarnya. Sedangkan cahaya yang masuk ke dalam hati, telah menjadi satu di dalam hati hamba Allah. Ia telah konsentrasi dalam imannya, jauh dari pengaruh lingkungan dan alam sekitar dan hal-hal lain yang merusak konsentrasinya.

Beberapa ulama berpendapat bahwa apabila iman itu berada di luar hati maka si hamba adalah pecinta dunia dan akhirat. Separuh hatinya mencintai Allah dan separuhnya lagi menyukai dirinya sendiri. Akan tetapi iman telah menembus lubuk hatinya, maka dunianya akan ditinggalkan serta terus menolak panggilan hawa nafsunya.
Cahaya-cahaya Ilahiyah yang masuk ke dalam hati, adakalanya tidak menemukan tempat yang sesuai dengan kedudukannya. Karena begitu banyak perkara duniawi yang berkecamuk dan meliputi seluruh permukaan hati manusia. Ketika cahaya Allah itu memasuki hati yang telah dikotori oleh masalah hidup itu, terpaksa cahaya Allah itu kembali kepada pemiliknya.

Jelas bahwa kebaikan itu tidak dapat menerima keburukan, karena kedua hal ini adalah ufuk yang tidak mungkin dipertemukan. Oleh karena itu seorang hamba Allah yang menghendaki cahaya Allah itu masuk dalam hatinya, hendaklah ia bersihkan hatinya dari kotoran yang melekat di dalamnya. Kalbu kita seharusnya tetap dalam kesucian, barulah nurullah itu masuk dan bersemi dengan utuh di dalam hati sanubari kita.
Nurullah adalah cahaya Ilahi yang ada di alam ini yang memancar secara lahir dan secara batin. Pancaran lahiriah ditebarkan kepada alam semesta, sehingga seluruh makhluk di dalamnya (tumbuhan, hewan, dan benda-benda lainnya, terutama manusia) mendapat cahaya Ilahi itu dengan merata. Pancaran nurullah itu berada pada maujud ciptaan-Nya yang menjelma pada benda-benda langit. Pancaran benda langit sebagai ciptaan Allah memberi kehidupan bagi makhluk dan benda-benda bumi.

Cahaya lahir, dari Allah untuk keperluan jagad raya ini, dan cahaya batin, adalah untuk hati dan jiwa manusia. Cahaya batin membentuk kesucian ruh untuk menghadapai godaan setan dan pengaruh hawa nafsu maksiat.

Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 69, “Dan memancarlah cahaya bumi dengar nur Tuhannya. “dalam surat An-Nur ayat 22, dijelaskan, “Adapun orang yang telah Allah buka dadanya dengan Islam,maka ia ia telah mendapatkan cahaya dari Tuhannya.”[]



Komentar :

ada 1
Anonim mengatakan...
pada hari 

mohon izin di copy, bagus bagus semua artikel nya kang Anwar,.......

Posting Komentar

ayat al-qur'an

MONGGO SHOLAT

Blok Keluarga

 
Yogyakarta / Jogja Visit Yogyakarta / Jogja Yogyakarta / Jogja Visit Yogyakarta / Jogja

Reader Community

This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra